Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia – ISSN : 2541 0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 2, No 7 Juli 2017
HUBUNGAN
ANTARA PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PARTOGRAF DENGAN PENGGUNAANYA DALAM ASUHAN
PERSALINAN NORMAL DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS PUTER KOTA BANDUNG
Ika
Choirin Nisa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon
azizsubkhan@gmail.com
Abstrak
Bidan merupakan pihak yang
paling dibutuhkan saat akan melahirkan. Pada prosesnya ini bidang membantu
setiap ibu untuk proses kelahiran. Peran Bidan yang begitu vital menuntut
mereka untuk sigap dan paham akan berbagai hal, salah satunya mengenai
partograf. Dalam penelitian ini penulis mencoba mengukur hubungan antara
pengetahuan bidan tentang partograf dan penggunaannya dalam asuhan persalinan
normal. Penelitian ini bermetodekan cross sectional . Populasi penelitian ini
adalah seluruh bidan yang masuk dalam lingkup tempat penelitian, yakni wilayah
kerja UPT Puskesmas Puter Kota Bandung. Dari penelitian ini penulis mendapat beberapa
hasil penelitian, yakni tingkatan pengetahuan bidan akan partograf yang dominan
positif, penggunaan partograf yang juga
positif, serta adanya hubungan yang positif antara tingkat pengetahuan akan
partograf dengan penggunaannya dalam asuhan persalinan normal di wilayah kerja
UPT Puskesmas Puter Kota Bandung.
Kata
Kunci: Partograf, Asuhan Persalinan Normal
Pendahuluan
Salah satu faktor
penting dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi penyediaan pelayanan
kesehatan maternal
dan neonatal yang berkualitas. Untuk
itu pemerintah mencanangkan Making
Pregnancy Safer (MPS), yang pada dasarnya menekankan pada penyediaan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang Cost Effective, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang terampil dan profesional pada penanganan komplikasi obstetric (WHO: 2001).
Angka Kematian Maternal dan Perinatal yang tertinggi disebabkan oleh dua hal penting yang
memerlukan perhatian khusus yaitu terjadinya partus lama dan terlambatnya melakukan rujukan yang merupakan
penyebab utama kematian maternal dan perinatal. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya masih terdapat kelemahan dalam melakukan pengawasan
antenatal untuk menetapkan risiko
kehamilan, menentukan penyulit kehamilan untuk segera mendapatkan pertolongan
dan pengayoman serta pelayanan medis, sistem rujukan dan sarana pertolongan
medis. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melakukan deteksi dini
terhadap kejadian partus lama adalah
asuhan persalinan normal dengan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu
dan janin serta proses persalinan sehingga Angka Kematian Maternal dan Perinatal
dapat diturunkan (Manuaba IGD: 2004).
Dalam melakukan rujukan pada kasus
kegawatdaruratan obstetrik, seorang
bidan harus mengetahui risiko tinggi kehamilan dan mengenali tempat rujukan
yang tepat, rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan
atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu
akan menjalani persalinan normal namun sekitar 10-15% diantaranya akan
mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu
dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan yang tepat (JNPK-KR: 2008).
Partograf telah terbukti efektif dalam mencegah persalinan lama, menurunkan
tindakan bedah kebidanan yang pada giliranya meningkatkan kesejahteraan ibu dan
janin secara efektif dan dapat digunakan pada semua proses kelahiran dan persalinan baik di rumah, Puskesmas, klinik
bidan swasta, bidan di pondok bersalin, rumah sakit, dll (Saifudin AB: 2001).
Partograf memberikan peringatan kepada petugas kesehatan khususnya bidan bahwa
persalinan berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin bahwa ibu perlu
dirujuk, sehingga ibu dan janin bisa diselamatkan atau meminimalkan komplikasi
yang mungkin terjadi pada saat persalinan (Sudradi: 1993).
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan,
untuk menilai keadaan ibu, janin dan seluruh proses persalinan. Partograf
merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan
berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan (JNPK-KR: 2008).
Pada setiap APN diharapkan tenaga penolong persalinan baik spesialis obstetri, dokter umum, residen, dan
mahasiswa kedokteran, khususnya bidan harus menggunakan partograf. Semua tenaga
penolong persalinan harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam mengisi
partograf. Menurut Notoatmojo salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku seseorang adalah pengetahuan (Notoatmodjo: 2003).
Tingginya pengetahuan
seseorang, apabila tidak diasah atau diaplikasikan secara konsisten maka hasil
yang didapat dalam tindakanya tidak akan maksimal dan lambat laun pengetahuan
tersebut akan terkikis sedikit demi sedikit.
Terdapat beberapa hal
yang dapat mempengaruhi penggunaan partograf oleh bidan, disini dijelaskan
bahwa faktor kebiasaan dan kesibukan bidan yang sering dijadikan alasan atas
ketidakmaksimalan penggunaan partograf.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Hubungan antara Pengetahuan Bidan tentang Partograf dengan
Penggunaannya Dalam Asuhan Persalinan Normal di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Puter.
Metode Penelitian
Secara umum metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang berada di wilayah kerja UPT
Puskesmas Puter Kota Bandung. Adapun total populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 35 orang bidan.
Bidan-bidan yang menjadi populasi disini adalah bidan yang bersedia
menjadi responden dan berlatar belakang pendidikan D1 dan D3 pendidikan yang
telah mendapat pendidikan/materi APN baik melalui jalur formal maunpun
non-formal. Jumlah yang sama –yakni 35 bidan– juga digunakan untuk sampel
penelitian. Hal tersebut terjadi karena peneliti menggunakan total sampling sebagai metode
pengambilan sampel yang digunakan. Total
sampling sendiri merupakan teknik pengambilan sampel yang memungkinkan
peneliti menggunakan keseluruhan sampel yang tersedia dari total populasi yang
dimiliki.
Secara umum penelitian ini
memiliki 2 jenis data yang berbeda. Data yang pertama adalah data primer berupa
data yang didapat melalui proses penyebarluasan kuesioner yang kemudian diisi
oleh responden. Setelah lembar kuesioner terisi data dari lembar tersebut
kemudian dimasukan ke dalam tabel induk untuk kemudian diteruskan ke tahap
pengolahan data. Adapun data yang kedua adalah data skunder. Dalam penelitian
ini data skunder merupakan data tambahan yang juga tergolong penting. Data
tersebut merupakan informasi yang dihimpun dari lembar partograf yang
terdokumentasi. Sama halnya dengan pengolahan data primer, data-data skunder
yang terkumpul akan diteruskan ke tahap pengolahan data lanjutan.
Pengolahan data lanjutan
merupakan tindak lanjut atas pengumpulan data yang dilakukan peneliti. Untuk
penelitian ini pengolahan lanjutan merupakan pengolahan data yang dilakukan
dengan memasukan data ke dalam tabel induk untuk kemudian diteruskan ke program
statistik SPSS (Statistical Package For The Social Science) versi 13.0.
Selain melakukan pengolahan data lanjutan, peneliti juga
memberlakukan pengujian data dengan rangkaian pengujian seperti; uji validitas
dan reabilitas data. Uji validitas ditujukan untuk menguji
sejauh mana alat ukur dalam hal ini kuesioner mengukur apa yang ingin diukur.
Pengujian validasi dilakukan dengan mengkorelasi masing-masing item skor dengan
total skor. Teknik analisis yang digunakan adalah koefisien korelasi product-moment pearson, sebagai berikut
:
Keterangan :
r =
Koefisien
korelasi
X =
Skor setiap item
Y =
Skor total
n = Ukuran sampel
Butir yang mempunyai korelasi positif dengan skor total
serta korelasi yang tinggi menunjukan bahwa butir tersebut mempunyai validitas
yang tinggi pula.
Pada umumnya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat
adalah r= 0,3. Semakin tinggi nilai koefisien korelasi (r) atau mendekati angka
satu (1,00), maka semakin baik pula konsistensinya (validitasnya) (Masrun,
1979).
Analisis
reliabilitas merupakan salah satu ciri utama instrumen pengukuran yang baik.
Reliabilitas sering disebut juga sebagai keterpercayaan, keandalan, keajegan,
konsisten dan sebagainya, namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah
sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Tinggi
rendahnya reliabilitas secara empiris ditujukan oleh suatu angka yang disebut
koefisien reliabilitas, walaupun secara teoritis besarnya koefisien berkisar
antara 0,00-1,00 dan juga dapat bertanda positif (+) maupun negatif (-). Dalam
hal reliabilitas, koefisien yang besarnya kurang dari nol (0,00) tidak ada
tidaknya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu pada koefisien yang
positif.
Pada
penelitian ini digunakan metode pengukuran reliabilitas Alpha Cronbach, dengan kriteria besarnya koefisien reliabilitas
minimal harus dipenuhi oleh suatu alat ukur adalah 0,70 yang berarti bahwa
secara keseluruhan alat ukur telah memiliki konsistensi internal yang dapat diandalkan.
Metode uji reliabilitas
yang digunakan adalah dengan nilai atau pendekatan konsistensi internal dengan
formula Cronbach’s alpha dengan rumus
Keterangan
r = Nilai Reliabilitas
k =
Jumlah item
Σ S2i = Jumlah item
St =
Varian total
Sedangkan
rumus untuk varian total dari varian item adalah:
Keterangan
Jki = Jumlah
kuadran seluruh skor item
JKs = Jumlah
kuadran subyek
Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis
univariat dilakukan secara deskriptif dengan perhitungan statistik sederhana
berupa presentase,
Rumus yang digunakan
Keterangan : P = Nilai presentase responden
F = Jumlah jawaban yang benar atau jumlah skor
N = Jumlah seluruh item jawaban
Hasil perhitungan persentase pengetahuan
Bidan tentang partograf dimasukan kedalam kriteria standar objektif berdasarkan
kriteria teori dari setiap aspek dan kriteria standar objektif berdasarkan
kriteria teori dari setiap aspek dan kriteria standar absolut yang telah
dikategorikan menurut Suharsimi Arikunto (2002).
sebagai berikut :
1. Baik :
bila jawaban benar dengan kriteria 76-100%
2.
Cukup
: bila jawaban
benar dengan kriteria 56-75%
3.
Kurang : bila jawaban benar
dengan kriteria ≤55%
Analisis bivariat menggunakan uji
statistik Chi square (X2)
pada α = 0,05 derajat
kepercayaan 95%. Apabila P< 0,05 maka terdapat hubungan antara variabel independent dan dependent.
Rumus perhitungan Chi square adalah :
Keterangan :
X2 : Chi kuadrat
Σ : Jumlah
O : Frekuensi yang diobservasi (observed)
E : Frekuensi yang diharapkan (expected)
Keterangan:
dk : Derajat
kebebasan
k
: jumlah kolom
b : jumlah baris
Bila X2 tabel <X2
hitung, maka terdapat hubungan antara variabel independent dan dependent.
Tapi bila X2 tabel ≥X2 hitung, maka tidak terdapat
hubungan antara variabel independent dan
dependent.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Penelitian
1.
Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk
melihat gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel yang
diteliti yaitu pengetahuan bidan tentang partograf, penggunaan partograf oleh
bidan, dan kelengkapan partograf.
a.
Pengetahuan Bidan tentang Patrograf
Setelah dilakukan penelitian kepada
35 responden bidan di wilayah kerja UPT Puskesmas Puter tentang pengetahuan
terhadap partograf, di dapatkan data yang di sajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel
1
Distribusi
Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang Partograf
Pengetahuan |
f |
% |
Baik |
20 |
57.15 |
Cukup |
10 |
28.57 |
Kurang |
5 |
14.28 |
Total |
35 |
100.0 |
Pada Tabel 1 diatas menggambarkan
pengetahuan. Dari tabel dapat dilihat bahwa sebanyak 20 responden (57,15%)
memiliki pengetahuan yang baik, 10 responden (28,57%) memiliki pengetahuan yang
cukup dan 5 responden (14,28%) memiliki pengetahuan yang kurang.
b.
Penggunaan
Partograf Dalam APN
Setelah
dilakukan penelitian kepada 35 responden bidan di wilayah kerja UPT Puskesmas
Puter tentang penggunaan partograf dalam APN, di dapatkan data yang di sajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel
2
Distribusi
Frekuensi Penggunaan Partograf Dalam APN
Penggunaan |
f |
% |
Baik |
25 |
71.43 |
Kurang baik |
10 |
28.57 |
Total |
35 |
100.0 |
Pada Tabel 1 diketahui bahwa penggunaan partograf dalam APN.
terdapat 25 responden (71,43%) menggunakan partograf dengan baik, 10 responden
(28,57%) menggunakan partograf kurang baik.
c.
Kelengkapan
Pengisian Partograf
Setelah dilakukan penelitian kepada
35 responden bidan di wilayah kerja UPT Puskesmas Puter terhadap kelengkapan
pengisian partograf, di dapatkan data yang di sajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel
3
Distribusi
Frekuensi Kelengkapan Pengisian Partograf
Kelengkapan |
f |
% |
Lengkap |
24 |
68.57 |
Tidak lengkap |
11 |
31.43 |
Total |
35 |
100.0 |
Tabel 4.3
menggambarkan kelengkapan. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak 24
responden (68,57%) melakukan pengisian partograf dengan lengkap dan 11
responden (31,43%) melakukan pengisian patograf tidak lengkap.
2.
Analisis
Bivariat
Analisis
bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel. Uji statistik
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Chi Square, sesuai dengan data hasil penelitian yang memiliki skala
pengukuran ordinal.
a.
Hubungan
Antara Pengetahuan Bidan Tentang Partograf Dengan
Penggunaannya
Berikut ini
merupakan penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan Bidan tentang partograf dengan
penggunaannya, yang dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel
4
Hubungan
Antara Pengetahuan Bidan Tentang Partograf Dengan Penggunaannya
Pengetahuan |
Penggunaan |
Total |
X2 |
p value |
||||
Baik |
Kurang baik |
|||||||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
|||
Baik |
18 |
90.0 |
2 |
10.0 |
20 |
100 |
15.89 |
0.000 |
Cukup |
7 |
70.0 |
3 |
30.0 |
10 |
100 |
||
Kurang |
0 |
0.0 |
5 |
100.0 |
5 |
100 |
Berdasarkan tabel 4.4 hasil dari tabulasi silang
antara pengetahuan bidan tentang partograf dan penggunaannya menunjukkan bahwa
dari 20 responden yang memiliki pengetahuan baik, 18 responden (90,0%)
menggunakan partograf dengan baik dan 2 responden (10,0%) menggunakan partograf
dengan cukup. Dari 10 responden yang memiliki pengetahuan yang cukup, 7
responden (70,0%) menggunakan partograf dengan baik dan 3 responden (30,0%)
menggunakan partograf kurang baik. Sedangkan dari 5 responden yang memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai pertograf, 5 responden (100%) menggunakan
partograf kurang baik.
Berdasarkan
hasil perhitungan statistik tersebut diperoleh nilai
B. Pembahasan
1.
Pengetahuan
Bidan Tentang Patograf
Berdasarkan
tabel 1 bisa dilihat bahwa dari 35 responden yang telah bersedia menjadi
responden, terdapat 20 responden (57,15%), memiliki pengetahuan yang baik, 10
responden (28,57%), memiliki pengetahuan yang cukup dan 5 responden (14,28%)
memiliki pengetahuan yang kurang.
Merujuk
dari pemaparan di atas penulis dapat beranggapan bahwa sebagian besar responden
di wilayah kerja UPT Puskesmas Puter sudah memiliki pengetahuan yang baik,
namun masih terdapat bidan yang memiliki pengetahuan yang cukup dan memiliki
pengetahuan yang kurang.
2.
Penggunaan
Patograf dalam APN
Berdasarkan
tabel 2 bisa dilihat bahwa dari 35 responden yang telah menjadi responden
terdapat 25 responden (71,43%), menggunaan partograf dengan baik, 10 responden
(28,57%), menggunakan partograf yang kurang baik.
Penelitian
ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Margareth M Opiah yang
menyatakan bahwa 92,7% penggunaan partograf sudah baik di Federal Medical Centre of Nigeria walau masih terdapat kendala
dalam mengaplikasikan penggunaan partograf.(26)
3.
Kelengkapan
Pengisian Patograf
Berdasarkan
tabel 3 bisa dilihat bahwa dari 35 responden yang menjadi responden terdapat 24
responden (68,57%), menggunaan partograf dengan lengkap, 11 responden (31,43%),
menggunakan partograf dengan tidak lengkap.
Partograf
yang di gunakan oleh bidan di wilayah kerja UPT Puskesmas Puter sebagian besar
sudah lengkap, walaupun masih terdapat bidan yang menggunakan partograf dengan
tidak lengkap. Untuk mendeteksi secara diri komplikasi atau tindakan yang akan
bidan lakukan dalam memberikan asuhan persalinan normal di haruskan mengisi
komponen-komponen partograf dengan lengkap.
Faktor
ketelitian dalam pengisian setiap komponen partograf yang berisi informasi
tentang keadaan ibu dan janin sangat mempengaruhi pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, sehingga dapat menjadi patokan
dalam memberikan Asuhan persalinan Normal yang aman baik untuk bidan maupun
untuk klien.
Tingginya
pengetahuan seseorang, apabila tidak diasah atau diaplikasikan secara konsisten
maka hasil yang di dapat dalam tindakanya tidak akan maksimal dan lambat laun
pengetahuan tersebut akan terkikis sedikit demi sedikit.
4.
Hubungan
Antara Pengetahuan Bidan Tentang Partograf Dengan Penggunaannya
Berdasarkan
tabel 4.4 hasil analisis pengetahuan bidan tentang partograf dengan penggunaannya
menunjukkan bahwa dari 20 responden yang memiliki pengetahuan baik, 18
responden (90,0%) menggunakan partograf dengan baik dan 2 responden (10,0%)
penggunaan partograf dengan cukup. Dari 10 responden yang memiliki pengetahuan
yang cukup, 7 responden (70,0%) menggunakan partograf dengan baik dan 3
responden (30,0%) menggunakan partograf kurang baik. Sedangkan dari 5 responden
yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai pertograf, dan 5 responden
(100%) menggunakan partograf kurang baik.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut
diperoleh koefisien korelasi antara pengetahuan tentang partoraf dengan
penggunaannya,
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab
sebelumnya mengenai hubungan antara pengetahuan bidan tentang partograf dengan
penggunaannya dalam asuhan persalinan normal di wilayah kerja UPT Puskesmas
Puter Kota Bandung, dapat disimpulkan :
1.
Sebagian
besar bidan di wilayah kerja UPT Puskesmas Puter Kota Bandung memiliki
pengetahuan yang baik tentang partograf 57,15%, dan dengan pengetahuan kurang
14, 28%.
2.
Sebagian
besar bidan di wilayah kerja UPT Puskesmas Puter Kota Bandung menggunakan
partograf dengan baik 71,43%, dan yang menggunakan partograf kurang baik 28,
57%.
3.
Terdapat
hubungan antara pengetahuan tentang partograf dengan penggunaannya dalam asuhan
persalinan normal di wilayah kerja UPT Puskesmas Puter.
BIBLIOGRAFI
Arikunto S.
Prosedur Penelitian. Jakarta : Aneka
Cipta, 2002: 25.
JNPK-KR.
Asuhan Persalinan Normal. Jakarta :
JNPK-KR/ POGI 2008 : 1-9, 55-74.
Manuaba IGD.
2004. Ilmu kebidanan penyakit kandungan
dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC
Masrun. 1979. Reabilitas dan Cara-Cara Menentukannya.
Yogyakarta: UGM
Notoatmojo S.
2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta
: Rineka Cipta.
Opiah MM. 2001. Faktors
affecting utilization of the partograph in monitoring labour in selected
hospitals in bayelsa state. Nigeria : Department of Nursing of ibadan.
Diakses tanggal 10-12-2010.
Saifuddin AB.
2001. Buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahadjo
Sudradi
Sumapraja. 1993. Partograf WHO. Jakarta: OBGIN FK UI.
WHO. 2001. Rencana strategis nasional
Making Pregnancy Safer (MPS) di indonesia 2001-2010. Jakarta: DepKes