Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN : 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 2,
No 9 September 2017
SISTEM INFORMASI
REKAM MEDIS (STUDI KASUS : KLINIK MEDIKA PRIMA INDRAMAYU)
Tias Beni
Purabaya
AMIK
Purnama Niaga Indramayu
Tiasbeni.p@gmail.com
Abstrak
Klinik Medika Prima adalah sebuah balai pengobatan
swasta yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan ruang lingkup
yang lebih kecil. Para pasien kelas menengah kebawah lebih banyak memilih berobat
ke klinik karena prosesnya yang sederhana dan dengan biaya yang lebih rendah
dibandingkan dengan rumah sakit. Oleh karena itu, klinik pun membutuhkan sistem
informasi untuk membantu kegiatan pelayanan kesehatan menjadi lebih cepat,
efektif dan efesien. Sistem
informasi ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pengelolaan pasien
dan obat, proses pemeriksaan rekam medis yang langsung disimpan ke dalam
database, proses sistem antrian otomatis, proses pembayaran yang lebih efektif,
hingga laporan-laporan yang disajikan lebih akurat dan relevan. Sehingga para
pasien merasakan kepuasan dari pelayanan kesehehatan di Klinik Medika Prima.
Tidak hanya para pasien yang merasakan hal positif dari penerapan sistem
informasi ini, para karyawan berbagai bidang di klinik pun merasakan kemudahan
dalam melakukan tugasnya.
Kata Kunci: Sistem
Informasi, Rekam Medis
Pendahuluan
Pelayanan
kesehatan merupakan kebutuhan untuk setiap kalangan. Tidak hanya kalangan
menengah atas, dalam prosesnya, kalangan bawah pun membutuhkan pelayanan ini
guna menunjang kesehatannya. Karena menjadi suatu kebutuhan, pengelola dan
pelaksana pelayanan kesehatan seyogyanya memberikan performa terbaiknya. Tujuan
dari peningkatan performa sendiri tidak lepas dari tujuan pelayanan kesehatan
itu sendiri, yakni meningkatkan kualitas dan manfaat atas pelayanan yang
diberikan. Oleh karena hal tersebut, rumah sakit, puskesmas, klinik dan lain
sebagainya harus memberi pelayanan terbaik, pelayanan yang memberi kenyamanan
bagi setiap pasien dan pelayanan yang dapat meningkatkan harapan dan optimisme
pasien.
Badan
pelayanan kesehatan merupakan badan yang menangani setiap pasien yang datang
untuk berkonsultasi dan berobat. Tingginya jumlah pasien untuk masing-masing
badan pelayanan kesehatan menuntut manajemennya memberlakukan rekam medis.
Menurut
Permenkes no. 55 tahun 2013, rekan medis sendiri adalah berkas berisi catatan
seperti identitas, hasil pemeriksaan, pengobatan dan tindakan pelayanan yang
didapat oleh pasien. Dengan definisi di atas, penulis berkesimpulan bahwa rekam
medis merupakan catatan pokok yang harus dimiliki oleh setiap pasien, dengan
tujuan untuk mempermudah dokter dalam pemberian tindakan lanjutan.
Keberadaan
rekam medis dalam dunia kesehatan terbilang penting. Di samping itu,
keberadaannya juga senantiasa bersinggungan dengan teknologi yang sedang
berkembang, yakni komputer dan segala sistemnya. Mengingat, bila pencatatan
dilakukan melalui pola manual, pemborosan dan penumpukan kertas mungkin akan
terjadi. Sehingga, guna meminimalisir hal tersebut, rekam medis pun harus
mengoptimalkan peran sistem komputer.
Secara
umum sistem merupakan kumpulan elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai
tujuan bersama (Jogiyanto dalam Jeperson: 2015). Pada penerapan rekam medis,
sistem yang digunakan merupakan sistem informasi. Sistem informasi sendiri
adalah sistem yang berada dalam suatu organisasi maupun non organisasi, yang
dimana dalam sistem tersebut, organisasi tersebut dapat mempertemukan kebutuhan
terkait transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan
strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak tertentu dengan
laporan-laporan yang dibutuhkan (Hanif Al Fatta: 2007).
Keberadaan
sistem informasi sebagai sebuah pengembangan rekam medis sangatlah berguna.
Akan tetapi, pada kondisi lapangan, tidak banyak badan pelayanan kesehatan yang
menggunakan sistem informasi. Sistem informasi hanya digunakan untuk sebagian
badan kesehatan. Itu pun untuk badan-badan pelayanan kesehatan yang relatif
besar dan hanya sedikit badan kesehatan menengah ke bawah yang menggunakan
sistem ini. Kondisi ini kemudian mempengaruhi kondisi pelayanan di badan
pelayanan non sistem informasi. Kualitas pelayanan di badan pelayanan tersebut
cenderung kurang maksimal. Pencatatan rekam medis pun berjalan secara
konvensional yang menguras waktu para pegawai.
Penggunaan
sistem informasi di badan pelayanan kesehatan meliputi beberapa hal, yakni
proses pendaftaran, pengambilan nomor urut, rekam medis, hingga penebusan obat
di apotek. Dengan peran tersebut, ditambah dengan fungsi dan manfaatnya,
keberadaan sistem informasi tidak hanya dibutuhkan oleh badan pelayanan
kesehatan besar saja, melainkan menengah ke bawah juga. Dengan peran dan fungsi
tersebut efektifan pekerjaan di badan pelayanan kesehatan akan lebih baik.
Sistem
informasi yang digunakan di badan pelayanan kesehatan meliputi proses
pendaftaran pasien, antrian pasien, rekam medis sampai penebusan obat pada
apotik. Tidak hanya badan pelayanan kesehatan besar seperti rumah sakit saja
yang membutuhkan peranan sistem informasi, badan pelayanan kesehatan kecil
seperti klinik pun membutuhkan peranan sistem informasi. Walaupun ruang lingkup klinik lebih
kecil dari rumah sakit, bukan berarti kegiatan pelayan kesehatan di klinik
lebih sedikit dan mudah ditangani. Para pasien kelas menengah ke bawah lebih
banyak memilih berobat ke klinik karena di klinik tidak rumit seperti rumah
sakit, proses berobat pun cukup sederhana dan tentu saja biaya yang dikeluarkan
jauh lebih rendah daripada di rumah sakit.
Dengan
keadaan yang seperti itu, otomatis kegiatan di klinik tidak lagi sederhana,
karena faktor pasien yang terus bertambah. Oleh karena itu klinik juga
membutuhkan peranan sistem informasi untuk membantu kegiatan pelayan kesehatan
menjadi lebih cepat, efektif dan efesien, sehingga para pasien dapat dilayani
secara merata.
Salah
satu klinik dengan pelayanan non sistem informasi adalah Klinik Medika Prima
Indramayu yang terletak di Jalan Gatot Soebroto. Kegiatan yang ada di klinik
tersebut meliputi pendaftaran pasien, pemeriksaan pasien, baik itu pasien umum,
BPJS, maupun ASKES. Selain itu klinik juga melayani pembuatan surat keterangan
kesehatan. Semua kegiatan yang tadi disebutkan, dalam pengelolaannya, dilakukan
Klinik Medika Prima melalui pola-pola manual melalui catatan buku kecil.
Kendati demikian, ada pelayanan BPJS dan ASKES yang dilakukan dengan media
komputer. Akan tetapi, terlepas dari hal tersebut, masing-masing kegiatan
pelayanan kesehatan di Klinik Media Prima masih cenderung manual, kecuali
kegiatan pendaftaran pasien yang sudah terkomputerisasi.
Melihat kondisi
sebagaimana di atas, penulis kemudian berkeinginan untuk melakukan penelitian
pada Klinik Media Prima. Penelitian yang dilakukan terkait pembuatan sistem
informasi. Adapun kegiatan pembuatan yang dimaksud disini meliputi pembuatan
dan penjelasan terkait sistem yang dipasang. Lebih lanjut, untuk mewujudkan hal
tersebut, penulis kemudian melaksanakan dan menyusun penelitian dengan judul
“Sistem Informasi Rekam Medis (Studi Kasus: Klinik Medika Prima Indramayu).”
Metodologi
Penelitian
Penelitian
ini merupakan studi kasus. Dengan latar belakang tersebut, peneliti kemudian
menetapkan studi kasus sebagai metode dalam penelitian ini. Secara umum studi
kasus sendiri adalah metode penelitian dimana peneliti secara cermat
menyelediki program, peristiwa, aktivitas, proses, serta sekelompok individu
guna mencapai tujuan peneitian (Creswell: 2010). Sementara dalam pengertian
lain studi kasus diartikan sebagai sebuah penyeledikan empiris (Yin: 2011). Yin
juga menambahkan bahwa yang dimaksud penyelidikan disini adalah upaya mencari
dan menginvestigasi suatu fenomena dan konteks yang masih parsial. Ary dalam
Idrus (2009) juga menerangkan bahwa studi kasus juga merupakan suatu
penyeledikana. Dengan kata lain, penyelidikan yang dimaksud disini adalah
penyelidikan intensif atas suatu individu. Akan tetapi, sambung Idrus,
penyeledikan yang dilakukan pada studi kasus tidak hanya berhenti pada individu,
namun juga kelompok sosial seperti keluarga, sekolah, maupun kelompok-kelompok
kecil maupun besar.
Penelitian ini
dilakukan di Klinik Medika Prima, Jalan Gatot Soebroto, Kabupaten Indramayu.
Klinik Medika Prima sendiri merupakan klinik yang cukup baik dengan jumlah
pasien yang cukup banyak. Akan tetapi, jika mengukur dari kuantitas pasien,
seharusnya Klinik Medika Prima menggunakan sistem informasi untuk memudahkan
proses pelayanan kesehatan. Namun hal berlainan terjadi di klinik tersebut.
Hingga saat ini, klinik tersebut masuk belum menggunakan sistem informasi,
sehingga pelayanan kesehatan di klinik tersebut kerap mengalami penumpukan.
Oleh karena alasan di atas, penulis kemudian menetapkan Klinik Medika Prima
sebagai tempat penelitian.
Metode penelitian erat
kaitannya dengan subjek dan objek penelitian. Secara umum subjek penelitian
merupakan subjek––baik individu, kelompok, atau yang lain––yang dituju untuk
diteliti (Arikunto: 2006). Adapun objek penelitian merupakan sasaran ilmiah
(Sugiyono: 2010). Lebih lanjut, Sugiyono juga menerangkan bahwa objek
penelitian adalah sasaran penelitian. Penelitian ini sendiri menetapkan
manajemen Klinik Medika Prima sebagai subjek penelitian, sedangkan pemasangan
sistem informasi manajemen sebagai suatu objek penelitian.
Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui observasi. Melalui teknik ini, peneliti mendapat informasi
lapangan. Observasi sendiri dilakukan dengan mengamati perkembangan pemasangan
sistem informasi manajemen di Klinik Medika Prima Kabupaten Indramayu.
Pembahasan
A.
Hasil
Penelitian
Dibawah ini menggambarkan sistem yang
saat ini berjalan di Klinik Medika Prima, sistem yang berjalan pada Klinik
Medika Prima masih menggunakan cara manual seperti pendaftaran pasien umum,
pencatatan rekam medis, proses antrian, pembuatan surat keterangan dan dalam
pembuatan laporan. Penulis telah mengamati sistem yang sedang berjalan pada
Klinik Medika Prima.
1.
Analisis
Sistem yang Sedang Berjalan
a.
FOD
Pendaftaran Pasien Umum (Baru)
Gambar 1
FOD
Pendaftaran Pasien Umum (Baru)
1)
Prosedur sistem pendaftaran pasien umum
yang sedang berjalan adalah sebagai berikut:
a) Pasien
yang akan berobat harus memberikan identitas diri seperti KTP, SIM atau tanda
pengenal lainnya ke bagian pendaftaran.
b) Bagian
pendaftaran akan mencatat data pasien ke dalam buku pasien dan membuat kartu
berobat pasien. Setelah itu pasien akan menerima kartu berobat dan nomor
antrian.
c) Setelah
antrian pasien tiba, pasien memberikan kartu berobat ke bagian pendaftaran dan
akan mendapatkan kartu rekam medis. Kartu rekam medis itu harus dibawa dan
diserahkan ke bagian rekam medis untuk melanjutkan pemeriksaan.
d) Bagian
pendaftaran membuat laporan pasien untuk diserahkan pada kepala bagian klinik.
2)
Masalah-masalah yang ada pada proses
pendaftaran yang sedang berjalan ini adalah:
a) Sering
terjadinya kehilangan salinan dokumen data pasien akibat penyimpanan yang tidak
teratur.
b) Pembuatan
laporan pasien cenderung memakan waktu yang lebih lama.
c) Proses
pencarian kartu rekam medis pasien memakan waktu yang lama
d) Proses
pendaftaran cenderung lebih lama dan mengakibatkan antrian pendaftaran yang
panjang, sehingga proses pendaftaran kurang efektif.
b.
FOD
Rekam Medis Pasien Umum
Gambar
2
FOD
Rekam Medis Pasien Umum
1)
Prosedur sistem rekam medis pasien umum
yang sedang berjalan adalah sebagai berikut :
a) Setelah
pasien mendapat kartu rekam medis, pasien memberikan kartu itu ke bagian rekam
medis lalu pasien diperiksa. Hal-hal yang akan diperiksa diantara lain yaitu,
tekanan darah, golongan darah, tinggi badan, berat badan dan keluhan(anamnesa).
b) Setelah
proses pemeriksaan tersebut, bagian rekam medis mencatat hasil pemeriksaan itu
ke dalam kartu rekam medis pasien, berikut tindakan yang dilakukan sampai resep
obat yang diberikan pada pasien. Kartu rekam medis yang telah diisi diberikan
kebagian apotik. Dan pasien akan menerima kertas resep obat dari bagian rekam
medis.
c) Bagian
apotik mengolah data dari kartu rekam medis tersebut dan membuat nota
pembayaran pemeriksaan. Lalu nota pembayaran itu diserahkan pada pasien.
d) Bagian
apotik mengolah laporan pendapatan dan laporan persediaan obat dari kartu rekam
medis pasien yang telah selesai diperiksa. Laporan persedian obat akan
diberikan kepada kepala bagian klinik sedangkan laporan keuangan diserahkan
pada kepala bagian keuangan.
e) Bagian
rekam medis mengolah laporan rekam medis dan memberikan laporan tersebut kepada
kepala bagian klinik.
2)
Masalah-masalah yang ada pada proses
rekam yang sedang berjalan ini adalah :
a) Pasien
dibebankan dengan membawa secarik kertas yang berisi resep obat yang harus
ditebus ke bagian apotik.
b) Laporan-laporan
cenderung dibuat lebih lama karena proses pencatatan dari salinan-salinan hasil
rekam medis masih belum teratur atau tidak berurutan.
c) Pencarian
riwayat periksa pasien lebih lama, karena petugas harus mencari terlebih dahulu
kartu riwayat pasien pada tumpukan kartu pasien yang tidak sedikit.
c.
FOD
Pembuatan Surat Keterangan
Gambar 3
FOD Pembuatan Surat Keterangan yang Sedang Berjalan
1)
Prosedur
sistem pembuatan surat kesehatan yang sedang berjalan adalah sebagai berikut:
a)
Pasien memberikan berkas-berkas kepada
bagian surat kesehatan, seperti identitas diri dan keperluan membuat surat
keterangan kesehatan.
b)
Setelah itu bagian surat kesehatan
memeriksa pasien seperti cek golongan darah, tekanan darah, tes fisik dan
berbagai macam tes lainnya. Dan hasil dari pemeriksaan tersebut dicatat dalam
surat keterangan kesehatan. Surat
tersebut dibuat menjadi rangkap dua. Rangkap pertama diserahkan kepada bagian
apotik dan rangkap kedua disimpan sebagai arsip klinik.
c)
Surat keterangan kesehatan lalu
diberikan pada bagian apotik untuk
dilakukan proses transaksi pembayaran.
d)
Ketika pasien membayar biayanya, maka
surat keterangan kesehatan akan diberikan kepada pasien berikut dengan nota
pembayarannya.
e)
Bagian surat kesehatan mengolah laporan
surat kesehatan kemudian laporan diberikan kepada kepala bagian klinik. Bagian
apotik mengolah laporan pendapatan dan laporan akan diserahkan kepada kepala
bagian keuangan.
2)
Masalah-masalah yang ada pada proses
pembuatan surat kesehatan yang sedang berjalan ini adalah:
a) Proses
pembuatan surat kesehatan masih menggunakan metode mencatat pada lembaran
kertas, metode ini cenderung dapat menimbulkan kehilangan data jika salinan
lembaran kertas tersebut hilang atau rusak.
2.
Analisis
Sistem yang Diusulkan
Dengan melihat
kelemahan sistem yang masih menggunakan cara manual tersebut, penulis
mengusulkan pembuatan sistem informasi rekam medis di Klinik Medika Prima.
a.
FOD
Pendaftaran Pasien Umum yang Diusulkan
Gambar 4
FOD Pendaftara Pasien Umum Baru
Prosedur sistem
pendaftaran pasien umum yang diusulkan adalah sebagai berikut:
1. Pasien
yang akan berobat di Klinik Medika Prima harus mendaftarkan diri terlebih
dahulu agar mendapatkan kartu berobat. Kartu berobat ini merupakan salah satu
syarat bagi pasien jika ingin berobat di Klinik Medika Prima. Prosedurnya yaitu
pasien harus menunjukan identitas diri seperti KTP, SIM atau tanda pengenal
yang lain kebagian pendaftaran.
2. Setelah
pasien menunjukan identitas dirinya, bagian pendaftaran akan menginput data
pasien dalam form pendaftaran pasien dan akan disimpan pada database pasien
pada sistem informasi rekam medis ini.
3. Setelah
itu pasien akan menerima kartu berobat yang tercetak. Pasien yang sudah
memiliki kartu berobat sudah bisa mendaftarkan dirinya dalam antrian tunggu
pemeriksaan.
4. Pasien
memberikan kembali kartu berobat ke bagian pendaftaran untuk menukarkannya
dengan nomor antrian berobat. Pasien diharuskan untuk menunggu antrian berobat.
5. Setelah
menunggu antriannya disebutkan, pasien bisa menuju ruang pemeriksaan untuk
mendapatkan layanan kesehatan oleh bagian rekam medis.
6. Bagian
pendaftaran akan mengolah laporan pasien dan mencetak laporan pasien untuk
diserahkan kepada Kepala bagian klinik.
b.
FOD
Rekam Medis Pasien Umum yang Diusulkan
Gambar 5
FOD Rekam Medis Pasien Umum Baru
Prosedur sistem
rekam medis pasien umum yang diusulkan adalah sebagai berikut :
1. Pasien
harus menunjukan kartu berobat pada dokter yang akan memeriksa keadaan
kesehatan pasien. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan pada pasien.
2. Hasil
pemeriksaan tersebut diinput dalam form rekam medis dan disimpan pada database
rekam medis yang disediakan pada sistem informasi rekam medis. Form itu berisi
tentang data pasien, riwayat pemeriksaan pasien, diagnosa dokter dan tindakan
yang dilakukan oleh dokter terhadap penyakit yang dialami oleh pasien, serta
resep obat yang harus digunakan oleh pasien.
3. Hasil
rekam medis dan resep obat akan diberikan pada bagian apotik.
4. Bagian
apotik akan melakukan proses transaksi pengobatan pasien dengan menginput data hasil rekam medis dan
resep obat yang diberikan oleh dokter ke
dalam
form transaksi pembayaran. Kelebihan dari proses ini yaitu memberikan kemudahan
bagi pasien, agar pasien tidak perlu repot-repot membawa catatan resep dokter
kebagian apotik.
5. Pasien
hanya perlu menunggu namanya disebutkan oleh bagian apotik untuk membayar biaya
berobat dan biaya obat yang akan ditebus. Setelah itu pasien akan menerima nota
pembayaran dari bagian apotik dan kartu berobatnya. Dan proses berobat pun
selesai.
6. Bagian
rekam medis mengolah laporan rekam medis untuk diberikan pada kepala bagian
klinik, sedangkan bagian apotik mengolah laporan persediaan obat untuk kepala
bagian klinik dan mengolah laporan pendapatan untuk kepala bagian keuangan.
c.
FOD
Pembuatan Surat Kesehatan yang Diusulkan
Gambar
6
FOD
Pembuatan Surat Kesehatan Baru
Prosedur sistem
pembuatan surat kesehatan yang diusulkan adalah sebagai berikut :
1. Pasien
memberikan berkas-berkas kepada bagian surat kesehatan, seperti identitas diri
dan keperluan membuat surat keterangan kesehatan.
2. Setelah
itu bagian surat kesehatan memeriksa pasien seperti cek golongan darah, tekanan
darah, tes fisik dan berbagai macam tes lainnya. Dan hasil dari pemeriksaan
tersebut diinput dalam form pembuatan surat kesehatan dan disimpan dalam
database surat kesehatan
3. Dari
proses tersebut dicetaklah hasil surat keterangan kesehatan lalu diberikan pada
bagian apotik untuk melakukan proses transaksi pembayaran.
4. Ketika
pasien sudah membayar biayanya, maka surat keterangan kesehatan akan diberikan
pada pasien berikut dengan nota pembayarannya.
5. Bagian
surat kesehatan mengolah laporan surat kesehatan kemudian laporan diberikan
kepada kepala bagian klinik. Bagian apotik mengolah laporan pendapatan lalu
laporan akan diserahkan kepada kepala bagian keuangan.
B.
Pembahasan
Secara umum
penggunaan sistem informasi manajemen membantu proses pekerjaan di Klinik
Medika Prima Indramayu. Pekerjaan seperti pendaftaran pasien baru, proses rekam
medis, pembayaran dan pembuatan laporan dapat dilakukan dengan mudah dan
praktis. Sistem komputerisasi memudahkan pegawai untuk menginput dan mencetak
data. Di sisi lain, keberadaan sistem ini juga memungkinkan pegawai untuk tidak
kehilangan data, terkecuali terdapat error atau kesalahan teknis yang
menyebabkan data hilang.
Sistem informasi
manajemen dapat membantu pihak klinik untuk menyajikan informasi secara cepat
dan akurat. Di sisi lain keberadaan informasi tersebut juga tidak mengeluarkan
biaya sehingga meminimalisir biaya pengadaan informasi. Berbeda dengan
informasi selayaknya mading, informasi yang disajikan di sistem ini tidak
mengharuskan pegawai menyiapkan lahan, kertas, dan lain-lain. Sebab, untuk
menampilkan informasi
pada sistem ini, pegawai hanya perlu menyiapkan data. Data tersebut kemudian
ditampilkan pada monitor sebagai sebuah informasi.
Aplikasi rekam medis memungkinkan data
terjaga dengan aman. Sistem ini mengharuskan setiap orang untuk registrasi
dengan username dan sandi. Dengan
kata lain, tidak semua orang dapat mengakses data pasien, sehingga keberadaan
data jauh lebih terjaga dibanding pola konvensional. Di samping itu pola
komputerisasi juga memungkinkan tidak ada penumpukkan kertas sebagaimana sistem
konvensional. Peng-input-an dan
pengolahan data dilakukan dengan komputer, lengkap dengan username dan password, sehingga
orang lain tidak mungkin mengambil, mengurangi atau bahkan mengacak-acak data
tersebut.
Kendati
menggunakan pola komputerisasi, penerapan aplikasi rekam medis memiliki orientasi
pada kegiatan riil pegawai. Sehingga, secara tidak langsung, pegawai akan mudah
menerapkan sistem informasi dengan mudah.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang
telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan yang terkait erat
dengan Sistem Informasi Rekam Medis pada Klinik Medika
Prima, yaitu sebagai berikut :
1.
Sistem informasi rekam medis yang
berbasis komputerasi, dapat memberikan kemudahan bagi pihak Klinik Medika Prima
dalam melakukan proses pelayanan seperti pendaftaran pasien, proses rekam
medis, proses pembayaran serta dalam membuat laporan-laporan.
2.
Dapat membantu pihak Klinik dalam
menyajikan informasi dengan lebih cepat dan akurat.
3.
Aplikasi rekam medis ini dapat membuat
data-data klinik menjadi lebih aman karena adanya sistem akses yang mengatur
pengguna untuk masuk dalam sistem tersebut sehingga tidak sembarang orang bisa
mengakses aplikasi rekam medis ini.
4.
Aplikasi rekam medis ini dibuat
berdasarkan kegiatan nyata yang ada pada Klinik Medika Prima, sehingga para
pengguna aplikasi rekam medis ini mampu beradaptasi dengan mudah.
BIBLIOGRAFI
Arikunto,
S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Creswell,
John W. 2010. Research Design Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fatta,
Hanif Al. 2007. Analisis Dan Perancangan
Sistem Informasi: Untuk Keunggulan Bersaing Perusahaan Dan Organisasi Modern.
Yogyakarta: Andi
Hutahaean,
Jeperson. 2015. Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta:
Budi Utama
Idrus,
Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu
Sosial. Yogyakarta: Erlangga.
Jogiyanto,
H.M. 2005. Analisa Dan Desain Sistem
Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori Dan Praktik Aplikasi Bisnis. Yogyakarta:
Andi
Republik
Indonesia. 2013. Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis. Berita
Negara No. 1.128. Administrasi Negara Republik Indonesia
Sugiyono.
2010. Metode Penelitian kuantitatif,
kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Yin,
Robert K. 2014. Studi Kasus Desain &
Metode. Jakarta: Rajawali Pers.