Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN : 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 2,
No 12 Desember 2017
PENGARUH
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TERHADAP PEMAHAMAN MATEMATIK
SISWA
Yosi Adiputra
Akademi
Maritim Cirebon
Email:
yosiadiputra@gmail.com
Abstrak
Satu dari sekian
sebab terpuruknya nilai matematika adalah karena penerapan model pembelajaran
yang kurang tepat. Pembelajaran dengan pola konvensional lebih membuat siswa
pasif. Satu diantara banyak alternatif pembelajaran yang menyenangkan dan
nyaman bagi siswa adalah pembelajaran dengan bentuk Quantum. Tujuan utama
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan peran penggunaan
pembelajaran Quantum pada peningkatan pemahaman siswa akan materi matematik. Populasi
penelitian melibatkan seluruh kelas VIII H dan VIII I SMPN 2 Tasikmalaya. Sampling
penelitian lebih pada pendekatan purposive sampling dan melibatkan seluruh
kelas VIII H dengan 43 siswa sebagai kelas eksperimen dan VIII I dengan 42
siswa sebagai kelas kontrol. Pembelajaran dengan pendekatan Quantum dilakukan
pada kelas eksperimen. Sedangkan untuk kelas kontrol, pembelajaran lebih
mengarah pada pola-pola konvensional. Teknik analisis data menggunakan uji
perbedaan dua rata-rata. Hasil dari penelitian ini membuahkan kesimpulan yang
menyebutkan bahwa, terdapat pengaruh dan dampak positif pembelajaran Quantum terhadap
peningkatan pemahaman matematik siswa.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Quantum, Pemahaman Matematik
Pendahuluan
Menurut Porter, B.D, et.al.
(2004:57) mengemukakan proses belajar manusia: 10% hasil belajar
diperoleh dari tindakan membaca, 20% dari mendengar, 30% dari dilihat dan
didengar, 50% dari apa yang dilakukan, 70% dari yang dikatakan, dan 90% dari yang
dikatakan juga dilakukan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa, terdapat hubungan
yang cukup menonjol antara metode belajar dan materi yang berhasil diserap.
Keberhasilan belajar
siswa pada mata pelajaran matematika, berdasarkan hasil pengamatan peneliti
belum mencapai apa yang diharapkan. Hal ini dilihat dari data hasil ulangan
akhir semester genap untuk kelas VIII, nilai rata-rata untuk matematika hanya
mencapai 62. Sedangkan KKM atau juga kriteria ketuntasan minimum untuk
matematika di SMP Negeri 2 Tasikmalaya telah ditentukan sebesar 70 untuk kelas
VIII. Pencapaian sebagaimana yang telah disebutkan di atas tersebut masing
terbilang minor. Hal tersebut tercermin dari banyaknya siswa yang tidak mampu
menyerap dan menguasai matematika dengan baik dan tidak sedikit siswa yang masih
menganggap sulit untuk menguasai, serta memahami matematika
Menurut Rudy (2009 :1) pelajaran matematika yang terkesan
rumit, susah, dan menjadi permasalahan tersendiri untuk tidak sedikit peserta
didik. Hal ini dapat dianggap wajar, mengingat dalam proses belajar mengajar
matematika tidak dapat dipahami hanya dengan membaca materi atau mendengarkan
penjelasan dari guru saja, melainkan juga harus diterapkan melalui latihan
mengerjakan soal. Pembelajaran dengan pola konvensional menjadikan siswa pasif
dan cenderung kaku pada proses pembelajaran. Ini dirasakan sekali oleh penulis
ketika melaksanakan PPL atau juga jika dipanjangkan menjadi Program Pengalaman
Lapangan. Aktivitas pembelajaran di kelas sejauh ini hanya melibatkan guru
sebagai motor pembelajaran. Guru pada pembelajaran model ini terlampau dominan
sehingga siswa hanya bertindak sebagai pendengar, penyalin dan penunggu jikalau
mereka ditanya tentang materi yang sudah disampaikan.
Menyikapi hal tersebut, maka satu hal yang harus dilakukan adalah
dengan membuat pengajaran yang nyaman dan disukai peserta didik. Dan satu dari sekian aplikasi yang
baik adalah dengan menerapkan proses pembelajaran yang lebih efektif. Adapun
contoh dari pembelajaran sebagaimana yang dijelaskan di atas yang juga
dikaitkan dengan mata pelajaran yang sedang dikaji sekarang adalah pembelajaran
yang lebih menekankan nilai relevansi yang diimbangi dengan pencapaian daya
dari matematika itu sendiri. Di sisi lain, pembelajaran tersebut juga harus
memungkinkan pendidik atau juga guru untuk lebih kreatif dan berkembang agar
dapat menciptakan pembelajaran yang dibutuhkan dan juga disenangi peserta
didiknya.
Contoh pembelajaran
yang mengamani segala uraian di atas,
antara lain, adalah pengajaran dengan pola Quantum.
Pengajaran sebagaimana yang disebutkan di atas menggabungkan Quantum Learning dan Quantum Teaching. Porter, B.D dan Hernacki, M. (2009:16) mendefinisikan Quantum Learning sebagai interaksi-interaksi yang megubah energi menjadi cahaya. Kemudian, menurut Porter, B.D, et.al.
(2004:5), pengajaran dengan basis Quantum lebih kepada orkestrasi, dan beberapa macam interaksi yang
berimplikasi di dalam dan di sekitar momen belajar. Rancangan pembelajaran yang
konsisten dan dinamis yang lebih dikenal dengan istilah TANDUR. TANDUR sendiri adalah
kependekan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Ulangi, dan diteruskan pada Rayakan.
Rancangan ini kemudian akan menjadi sebuah skenario pengajaran Quantum. Dengan melihat tahapan tersebut
diharapkan seluruh siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Dengan latar belakang
tersebut, penulis kemudian melakukan langkah penelitian dengan melihat seberapa
berpengaruhnya Pembelajaran Quantum terhadap
peningkatan pemahaman siswa pada materi matematika di kelas VIII SMP Negeri 2
Tasikmalaya.
Metodologi
Penelitian
Penelitian ini bermetodekan eksperimen dengan pendekatannya yang
sangat khas. Kekhasan sebagaimana yang disebut di atas dapat terlihat dari
penggunaan dua variabel yang salah satu diantaranya memengaruhi variabel lain (Sukmadinata:
2008). Dalam pandangan Sugiyono (2006: 80) penelitian eksperimen lebih
menekankan pada tindakan untuk mencari pengaruh satu variabel atas variabel
yang berbeda. Dalam pandangan Sugiyono juga, metode penelitian ini lebih
mengarahkan peneliti pada pengujian dua variabel yang berbeda dengan satu
kondisi yang terkendali. Sedang anggapan Moch. Ali (1993: 134) mengenai metode
ini lebih pada metode penelitian yang terstruktur dan dilakukan dalam kondisi
yang terkontrol. Modifikasi-modifikasi sebagaimana di atas sambung Moch. Ali dilakukan
untuk mengetahui peristiwa lanjutan dan/atau perubahan yang mungkin muncul
pasca perlakuan.
Penelitian ini melibatkan sedikitnya dua kelas SMP 2 Tasikmalaya
sebagai subjek penelitian. Kelas-kelas tersebut antara lain VIII H dan VIII I.
Masing-masing dari kelas tersebut mempunyai 42 siswa untuk kelas VIII H dan 43
siswa untuk kelas VIII I. Subjek penelitian sebagaimana yang dijabarkan di atas
yang juga tergolong dalam populasi penelitian secara bersama-sama melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan tata aturan yang sudah diadakan.
Terkait dengan teknik sampling yang dalam hal ini adalah purposive sampling Sugiyono (2012)
menyebutkan bahwa teknik ini lebih berorientasi pada pertimbangan peneliti atas
kondisi dan kebutuhan penelitian itu sendiri. Dengan demikian, berdasar fungsi
dan kebutuhan penelitian, peneliti kemudian menetapkan seluruh populasi sebagai
sampel.
Teknik pengambilan data lebih mengarah pada observasi dan tes.
Kedua teknik ini memungkinkan peneliti untuk melihat peningkatan dan/atau
pengaruh yang timbul atas pengajaran Quantum
pada peningkatan pemahaman matematik peserta didik. Lebih lanjut, sebagai
salah satu penelitian tindakan kelas, penelitian ini juga memungkinkan
penggunaan kedua teknik tersebut.
Secara umum penelitian ini berinstrumenkan lembar observasi dan
butir hal. Kedua instrumen tersebut ditentukan atas dasar kebutuhan penelitian.
Mengingat, penelitian ini sendiri membutuhkan keduanya, sedang keduanya juga mendukung
metode pengumpulan data.
Analisis dalam penelitian ini lebih pada analisis deskriptif. Teknik
ini lebih memungkinkan penulis dan/atau peneliti untuk melakukan penggambaran
dan penjelasan terkait dengan hasil penelitian. Lebih lanjut, teknik ini juga
memungkinkan hasil penelitian dapat dicerna dengan lebih baik dan efisien.
Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan
penelitian ini dimulai dengan perencanaan mulai dari pembuatan perangkat
penelitian yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
dan instrumen-instrumen penelitian yang terdiri dari bahan ajar, LKS, soal-soal
tes dan tugas individu, serta tes pemahaman matematik untuk mengungkap
pemahaman matematik peserta didik. Penulis mendapati proses pembelajaran
dilakukan dengan optimal dengan persiapan yang juga baik. Kondisi ini, menurut
penulis pribadi, secara optimal dapat membantu siswa dalam menyerap materi
matematika. Hal tersebut tercermin dari skor pemahaman siswa kelas eksperimen
yang mencapai angka 15,58, berbeda jauh dengan kelas kontrol yang hanya meraup
skor 12,64.
Jika data kualitatif
telah tergambar dari deskripsi di atas, maka untuk data kuantitatif yang
diperoleh melalui penilaian dan pengerjaan butir soal yang telah disiapkan penulis
sampaikan pada paragraf ini. Untuk pengerjaan soal dilakukan setelah proses
pembelajaran rampung. Proses pembelajaran pada pertemuan tersebut melibatkan materi lingkaran dengan cakupan
materi meliputi perhitungan keliling lingkaran dan luas lingkaran. Data yang
diperoleh dari penelitian diolah untuk memudahkan peneliti mengambil
kesimpulan. Tes diberikan kepada 85 orang yang terdiri dari 43 siswa kelas
eksperimen dan 42 siswa kelas kontrol. Setelah dilakukan post tes pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar
1
Data
Perbedaan Ukuran Data Statistik Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan
gambar 1, diperoleh bahwa skor tertinggi tes pemahaman siswa akan materi
matematika pada kelas eksperimen adalah
22. Sedangkan untuk skor terendah, berdasarkan data di atas, diperoleh
rata-rata sebesar ()
adalah 15,58. Sedangkan skor tertinggi tes pemahaman siswa akan materi
matematika di kelas kontrol adalah 22. Adapun untuk skor terendah didapati
rerata sebesar 12,64. Skor paling tinggi adalah 24 untuk butir soal 4 dan 6.
Pada Gambar 1, rata-rata skor kelas eksperimen
cenderung lebih baik dibanding kelas kontrol. Uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Untuk α = 1%, diperoleh = 2,38. Ternyata
>
yaitu 2,67 > 2,38,
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada dampak
positif yang timbul atas penerapan pembelajaran Quantum pada peningkatan pemahaman siswa akan materi matematik.
Pengajaran Quantum dikatakan lebih baik karena dalam pelaksanaan pembelajarannya
siswa terlibat dalam pembelajaran dan aktif bekerja sama dalam memahami materi
lingkaran melalui bahan ajar serta dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Hal
tersebut terjadi karena mereka merasa nyaman dan senang untuk belajar
matematika. Hal ini selaras dengan pengajaran Quantum menurut Porter, B.D, dan Hernacki, M (2009) yang berupaya
menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, juga sesuai dengan
teori kecerdasan ganda yang menyatakan bahwa siswa belajar dengan didukung oleh
dua kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, berbeda dengan saat
pembelajaran konvensional yang lebih menonjolkan sosok pendidik.
Dalam proses
pelaksanaan, muncul beberapa permasalahan yang terkait dengan alokasi waktu.
Penulis beranggapan bahwa, alokasi pembelajaran yang dilakukan cenderung
kurang. Sehingga, atas hal tersebut, peneliti cenderung kesulitan mengatur dan
menata waktu untuk keperluan lain. Di sisi lain, pada proses pembelajaran yang
telah berlangsung, terdapat beberapa siswa yang memang sangat pasif dan tidak
terbiasa dengan perilaku aktif di kelas. Oleh karena hal tersebut, peneliti
melakukan upaya lebih untuk memberi motivasi dan dorongan agar siswa tersebut
dapat lebih aktif dan mau berpartisipasi lebih pada proses pembelajaran.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
data, penulis mendapati pengaruh yang baik dari penerapan pembelajaran Quantum atas peningkatan pemahaman siswa
materi matematika. Sedangkan untuk saran yang dianjurkan oleh peneliti
diantaranya: 1). Bagi Kepala Sekolah, diharapkan memberikan fasilitas dalam
mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum. 2). Kepada guru dan calon guru
matematika sebaiknya menggunakan model pembelajaran Quantum sebagai alternatif dalam melaksanakan pembelajaran. 3). Untuk peneliti, disarankan untuk
mencoba melaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Quantum pada materi yang lainnya.
BIBLIOGRAFI
Ali, Muchammad.
1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT Angkasa Raya.
Porter, B.D, et.al. 2004. Quantum Teaching : Mempraktekkan Quantum
Learning di Ruang-ruang kelas. Penerjemah Ary Nilandari. Bandung : Kaifa.
Rudy
(2009). Kemampuan Pemahaman, dan Pemecahan Masalah Matematik. [online]. Tersedia www.RudyKS3.blogspot.com [diakses 6
Desember 2009].
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2003. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT remaja Rosdakarya.