Action
Research Literate
– ISSN : 2613-9898
Vol. 1, No 1 Desember 2017
PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN TYPE PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
PADA MATA PELAJARAN JARINGAN DASAR TENTANG
KONSEP SISTEM OPERASI DI KELAS X TI B SMK NEGERI 2 BOGOR SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2014-2015
Hadi
Paripurnawan
SMK
Negei 2 Bogor
Email:
Lim.kotto@gmail.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk; 1) mengetahui
pengaruh yang ditimbulkan dari penerapan model pembelajaran type problem based
learning terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi konsep sistem
operasi dasar, 2) mendeskripsikan peningkatan yang terjadi pada materi konsep
sistem operasi dasar sebelum dan sesudah model pembelajaran baru diterapkan, 3)
mengukur besarnya peningkatan hasil belajar pada materi konsep sistem operasi
dasar setelah penerapan model pembelajaran baru. Penelitian ini bermetodekan
penelitian tindakan kelas dan melibatkan seluruh siswa X TI B SMK Negeri 2 Bogor sebagai
subjek penelitian, sekaligus populasi dan sampel penelitian. Hasil dari
penelitian ini menyebutkan bahwa Model Pembelajaran Type Problem Based Learning
secara signifikan memberi pengaruh baik terhadap peningkatan motivasi dan hasil
belajar siswa. Hal itu terbukti dengan meningkatkan keaktifan siswa selama
proses pembelajaran. Di samping itu, peneliti juga mendapati rerata hasil
belajar siswa senantiasa meningkat seiring penerapan siklus. Dengan rincian di
atas, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran type problem based learning
dapat memberi peningkatan pada hasil belajar pada materi konsep sistem operasi
dasar pada kelas X TI B SMK Negeri 2 Bogor.
Kata Kunci: Type Problem
Based Learning, Hasil Belajar
Pendahuluan
Pendidikan
sangat penting bagi guru, siswa, dan masyarakat pada umumnya. Pendidikan
merupakan salah satu aspek penentu dalam kemajuan suatu bangsa. Oleh karena
itu, pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan, baik dari
segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Kualitas pendidikan adalah tanggug
jawab semua pihak yang terlibat di dalamnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, pendidik harus melakukan tugasnya dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab, sebab seorang guru berperan langsung membina
siswa dalam interaksi dalam pembelajaran. Secara konseptual, guru merupakan
sosok yang memiliki andil terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah.
Kondisi di lapangan
setelah dilaksanakan test awal mata pelajaran Jaringan Dasar tentang Konsep
Sistem Operasi dan KKM yang telah
ditentukan 75, berdasarkan hasil
analisis peserta didik yang diatas KKM sebanyak 12 Orang ( 33%) dan dibawah KKM
24 Orang (67%) dengan nilai rata kelas 70. Hal ini disebabkan karena guru
ketika mengajar tentang menerapkan Jaringan Dasar dengan materi Secure Shell masih konvensional yang
selalu menggunakan metode ceramah, kemudian komunikasi pembelajaran hanya
searah sehingga peserta didik merasa bosan. Oleh karena itu peneliti akan
mengubah pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning.
Problem
Based learning sendiri merupakan pembelajaran yang
menghadapkan siswa pada permasalahan autentik (Trianto: 2007). Lebih lanjut,
Trianto juga menerangkan bahwa model pembelajaran tersebut kemudian akan
mengarahkan peserta didik untuk merangkai dan menyusun pengetahuannya dengan
berdasar pada permasalahan yang sedang dihadapi.
Berdasarkan latar
belakang masalah yang diuraikan di atas, penulis mengadakan penelitian
“Penerapan Model Pembelajaran type Problem
Based Learning untuk meningkatkan
hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Jaringan Dasar tentang Konsep Sistem Operasi di Kelas X TI B SMK
Negeri 2 Bogor semester 1 Tahun pelajaran 2014-2015”.
Metodologi
Penelitian
Secara umum penelitian
ini bermetodekan penelitian tindakan kelas. Dalam pengertian yang sederhana,
penelitian tindakan kelas diartikan penelitian yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki kondisi yang kelas yang tidak sesuai (Suparno: 2008). Suparno
menambahkan bahwa, penerapan metode ini dilakukan atas dasar proses
pembelajaran yang kurang efektif dan tidak memberi dampak signifikan pada
siswa. Sehingga, untuk memberi dampak sebagaimana yang disebutkan di atas, guru
melaksanakan penelitian tindakan kelas. Arikunto (2005: 1-2) menjelaskan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang paling sederhana.
Penelitian ini hanya melibatkan proses pembelajaran yang senantiasa dievaluasi
dan diperbaiki untuk mendapat hasil yang baik. Dalam bukunya, Kemmis dan
Taggart (1988) menerangkan hal yang demikian. Menurut keduanya, penelitian ini
harus dilakukan secara berkelanjutan demi memperoleh keampuhan proses. Dengan
kata lain, jika merujuk pada pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa
penelitian ini titik pusatnya adalah proses, bukan pada hasil. Hal tersebut
juga diamini oleh Suhardjono (2005) yang menegaskan bahwa penelitian ini
memiliki nilai terpenting yang disebut proses. Berbeda dengan penelitian
eksperimen yang berorientasi pada hasil akhir, efektivitas dan perlakuan, penelitian
tindakan berorientasi pada keterlaksanaan dan kelancaran proses.
Subjek yang terlibat
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X TI B SMK Negeri 2 Bogor
berjumlah 36 siswa. Ke-36 siswa terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 17 sisanya
adalah siswa perempuan. Dengan jumlah tersebut dapat dilihat bahwa total
populasi yang terlibat dalam penelitian ini adalah 36 siswa.
Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mempertimbangkan beberapa
aspek sebelum menentukan jumlah sampel yang digunakan. Sedang terkait hal
tersebut, dan jika dihubungkan dengan kebutuhan penelitian sendiri, peneliti
kemudian menetapkan seluruh siswa kelas X TI B sebagai sampel penelitian.
Dengan kata lain, jumlah sampel sama dengan jumlah populasi, yakni 36 siswa
dengan rincian yang sama sebagaimana
yang telah dijelaskan di atas.
Penelitian ini sendiri
dilakukan selama satu semester di tahun pelajaran 2014-2015. Bulan penelitian
adalah bulan Januari hingga Juni 2015. Pertimbangan peneliti menggunakan waktu
tersebut adalah karena waktu tersebut merupakan waktu dimana materi konsep
sistem operasi dasar diajarkan menurut kurikulum 2013.
Teknik pengambilan data
yang digunakan disini adalah teknik observasi dan tes uji kompetensi. Kedua
dipilih karena sesuai dan dibutuhkan pada suatu penelitian tindakan kelas.
Lebih lanjut, keduanya juga dapat dilakukan waktu penelitian yang relatif
panjang namun terpecah. Di sisi yang berbeda, instrumen yang mendukung keduanya
pun terbilang sederhana dan dapat dipersiapkan. Kedua instrumenyang dimaksud
adalah lembar penilaian atau format validasi naskah soal dan lembar observasi.
Teknik analisis data
dilakukan dengan penilaian evaluasi dan ketuntasan belajar. Untuk
mengaplikasikan keduanya, peneliti membutuhkan rumusan yang ada di bawah
berikut:
Berikut
adalah rumusan yang digunakan untuk metode analisis dengan pendekatan penilaian
evaluasi:
Terkait
teknik analisis dengan pendekatan penilaian ini, berikut ukuran dan rumusan
yang peneliti gunakan:
Tabel
1
Ukuran
Keberhasilan Penelitian
No |
Ukuran Keberhasilan |
Target |
Teknik Pengumpulan
Data |
1 |
Ketuntasan belajar perorangan |
Setiap peserta didik minimal memperoleh nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM ) 75 |
Hasil Tes |
2 |
Ketuntasan Klasikal |
100 % peserta didik memperoleh nilai
mencapai KKM |
Hasil Tes |
3 |
Semangat belajar peserta didik |
Minimal 77,77 % peserta didik
menunjukkan semangat belajar dan aktif dalam pembelajaran |
Lembar Observasi (pengamatan) |
Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pra Siklus
Sebelum melakukan
tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan observasi awal di kelas. Hasil observasi menunjukkan bahwa ketika guru
mengajar mata pelajaran Jaringan
Dasar tentang Konsep Sistem Operasi adalah rata-ratanya 70
sedangkan KKM yang ditentukan 75. Peserta didik yang mendapatkan nilai di atas
KKM hanya 12 orang (33%) sedangkan
peserta didik yang mendapat nilai di bawah KKM 24 orang (67%). Padahal materi Konsep Sistem Operasi bahasannya cukup banyak/luas, maka diputuskan untuk menggunakan metode pembelajaran kooperatif type Problem Based Learning pada mata pelajaran Jaringan Dasar dalam materi Konsep Sistem Operasi .
Pembelajaran dimulai dengan mengadakan tes awal di kelas X TI B untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik pada materi Konsep
Sistem Operasi. Nilai tes awal dijadikan acuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik kelas X TI B
setelah digunakan metode pembelajaran
kooperatif type Problem Based Learning. Soal-soal tes awal
berupa materi yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan yaitu Konsep Sistem Operasi. Perolehan nilai tes awal ini
akan dijadikan acuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah
menggunakan metode pembelajaran kooperatif type
Problem Based Learning. Berikut disajikan data hasil belajar siswa
pada pra siklus:
Tabel
2
Hasil
Belajar Pra Siklus
No |
Kriteria |
Skor |
Keterangan |
1 |
Rata-Rata |
70 |
|
2 |
Nilai Terendah |
60 |
|
3 |
Nilai Tertinggi |
80 |
|
4 |
Jumlah yang Sudah Tuntas |
12 |
|
5 |
Jumlah yang Belum Tuntas |
24 |
|
6 |
Prosentase Ketuntasan |
33% |
|
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa peserta didik hanya memperoleh
rata-rata 70 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 60.
Peserta didik yang hasil belajarnya diatas KKM hanya 12 orang atau 33% dari
nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75. Hal ini memberikan gambaran bahwa hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Jaringan Dasar masih tergolong rendah.
2.
Deskripsi
Siklus I
Dari
hasil observasi siklus I, didapat bahwa dalam melaksanakan
pembelajaran Jaringan Dasar tentang Konsep
Sistem Operasi dengan menggunakan
metode pembelajaran kooperatif type
Problem Based Learning pada siklus I, guru telah menerapkannya sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan. Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer, guru terlalu cepat dalam
menjelaskan. Masalah lain yang didapat dari pengamatan observer adalah pada saat guru
menjelaskan materi, masih ada peserta didik yang kurang memperhatikan.
Penulis sendiri telah menghimpun data terkait
aktivitas kelas dan keaktifan peserta didik sepanjang proses pembelajaran.
Penelitian mendapati sepanjang siklus I sebanyak 55,55% peserta didik melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik, 22,22% lainnya masuk kategori kurang, dan 22,22% siswanya masuk
dalam kategori kurang semangat dalam mengikuti proses belajar.
Untuk melihat hasil belajar siswa penulis lampirkan
tabel hasil belajar di bawah berikut:
Tabel 3
Hasil Belajar Siswa Siklus I
No |
Kriteria
|
Skor |
Keterangan |
1 |
Rata-Rata |
75,56 |
|
2 |
Nilai Terendah |
65 |
|
3 |
Nilai Tertinggi |
90 |
|
4 |
Jumlah Siswa yang Sudah Tuntas |
23 |
|
5 |
Jumlah Siswa yang Belum Tuntas |
13 |
|
6 |
Prosentase Ketuntasan |
64% |
|
Berdasarkan tabel
3 terlihat bahwa rata-rata nilai siswa 75,56 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 65. Peserta didik yang hasil
belajarnya di atas KKM ada 23 orang atau
64% dari nilai KKM dan peserta
didik yang nilainya di bawah KKM ada 13 orang atau 36,11% dari KKM yang ditetapkan yaitu 75. Hal ini
memberikan gambaran bahwa ada peningkatan hasil belajar peserta didik dari pra siklus ke siklus I.
3.
Deskripsi Siklus II
Pada siklus II ini guru
telah melakukan perbaikan-perbaikan. Perbaikan dalam KBM tersebut yaitu guru lebih
memotivasi peserta didik, sehingga lebih bersemangat dalam mengikuti KBM. Dengan semangat yang lebih tinggi, maka
pembelajaran dapat berjalan lebih baik. Selain memotivasi
peserts
didik, guru juga memberikan lebih banyak kesempatan
kepada peserta didik untuk menanyakan
hal-hal yang belum jelas dan guru lebih mengarahkan peserta
didik dalam pengerjaan soal latihan.
Data mengenai aktifitas peserta
didik pada siklus II menunjukkan bahwa hampir seluruh
(77,77%) peserta didik termotivasi dalam mengikuti KBM
dan hanya sebagian kecil (22,22%) peserta didik cukup termotivasi mengikuti
KBM. Adapun data terkait hasil belajar penulis cantumkan dalam tabel berikut
ini:
Tabel
4
Hasil
Belajar Siswa Siklus II
No |
Kriteria
|
Skor |
Keterangan |
1 |
Rata-Rata |
82 |
|
2 |
Nilai Terendah |
75 |
|
3 |
Nilai Tertinggi |
100 |
|
4 |
Jumlah Siswa yang Sudah Tuntas |
36 |
|
5 |
Jumlah Siswa yang Belum Tuntas |
0 |
|
6 |
Prosentase Ketuntasan |
100% |
|
Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa rata-rata nilai peserta
didik 82 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 75. Peserta didik yang hasil belajarnya di atas KKM
ada 36 orang atau 100% dari nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75. Hal ini
memberikan gambaran bahwa ada peningkatan hasil belajar peserta
didik dari siklus I ke
siklus II.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
selama dua siklus yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik pada materi Konsep
Sistem Operasi. Terlihat pada pelaksanaan siklus I dan II telah menunjukkan peningkatan pada proses pembelajaran
Jaringan Dasar. Pada pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif type Problem
Based Learning, interaksi peserta didik dan guru di awal pelajaran diawali oleh guru dengan
memberikan penayangan gambar/foto/video tentang Konsep Sistem Operasi dimaksudkan
agar peserta didik dapat belajar dengan senang. Kemudian guru mengarahkan dan menjelaskan
bagaimana peserta didik belajar dengan baik. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru mengelola
kelas secara interaktif, membimbing peserta didik, dan memotivasi peserta didik untuk aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran. Pada
akhir pelajaran, guru bersama peserta didik menyimpulkan pelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian
guru mengevaluasi peserta didik dengan memberikan soal-soal yang relevan dengan
konsep. Berdasarkan hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa telah ada peningkatan aktivitas peserta
didik dalam pembelajaran Jaringan
Dasar. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai hasil belajar
dari pra siklus, siklus I, dan siklus II yang tersaji pada grafik 1 berikut.
Grafik
1
Rata-rata
Hasil Belajar Selama Penelitian
Peningkatan rata-rata nilai peserta
didik juga ditunjang oleh peningkatan nilai terendah dan nilai tertinggi peserta didik setiap siklus seperti yang tergambar pada grafik 2 berikut:
Grafik
2
Hasil
Nilai Terendah dan Tertinggi
Dari grafik 2 di atas diperoleh bahwa nilai terendah
pada pra siklus adalah 60 kemudian meningkat menjadi 65 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 75 pada siklus II. Selanjutnya nilai tertinggi pada pra siklus adalah 80 kemudian meningkat menjadi 90 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 100 pada siklus II. Hal ini membuktikan
bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif type Problem Based Learning
cocok untuk diterapkan pada materi Konsep Sistem
Operasi.
Selain peningkatan rata-rata nilai peserta didik, penerapan metode pembelajaran kooperatif type
Problem Based
Learning juga dapat meningkatkan
prosentase ketuntasan belajar peserta didik seperti yang tersaji pada grafik 3 berikut:
Grafik 3
Peningkatan
Ketuntasan Belajar Peserta Didik
Dari grafik 3 di atas diperoleh bahwa pada pra siklus hanya 34% atau 12 peserta didik yang nilainya di atas KKM
yang ditetapkan, kemudian
pada siklus I meningkat menjadi 64% atau 23 peserta didik yang nilainya di atas KKM selanjutnya
pada siklus II menjadi 100%
atau 36 peserta didik yang nilainya di atas KKM.
Data keaktifan peserta
didik menunjukkan bahwa pada siklus I terdapat 55,55% atau 20 peserta didik yang aktif, 22,22% atau 8
peserta didik cukup aktif, dan 22,22% atau 8
peserta didik yang kurang aktif pada saat pembelajaran. Setelah guru memperbaiki
hasil refleksi pada siklus I maka pada siklus II didapat 77,77% atau 28
peserta
didik yang aktif pada saat pembelajaran dan 22,22% atau 8 peserta
didik yang cukup aktif pada saat pembelajaran serta 0,00% atau tidak ada peserta
didik yang tidak aktif pada saat pembelajaran. Dengan banyaknya peserta
didik yang aktif pada saat pembelajaran menunjukkan bahwa guru saat
menerangkan materi dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif type Problem Based Learning
sudah berhasil melibatkan peserta
didik dalam pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif type Problem Based Learning ini dapat meningkatkan
hasil belajar peserta
didik karena pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif type Problem Based Learning,
peserta
didik dalam belajar menjadi lebih aktif, kreatif,
dan menyenangkan bagi peserta
didik. Selain itu pula pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif type Problem Based Learning menjadi lebih efektif.
Akibatnya informasi yang diterima peserta didik akan diingat
lebih lama.
Peningkatan hasil belajar
yang signifikan antara sebelum
dan sesudah belajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif type Problem Based Learning
karena dalam pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif type Problem Based Learning,
peserta didik merasa
tidak belajar karena pembelajarannya menyenangkan bagi mereka. Hal tersebut
membuat pelajaran menjadi melekat lebih lama dan baik secara langsung maupun tidak langsung, membuat peserta didik menjadi paham materi mengenai
Konsep Sistem Operasi.
Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan di SMK
Negeri 2 Bogor pada peserta didik kelas X TI B
Semester 1 tahun pelajaran 2014-2015 bahwa hasil belajar
peserta
didik sesudah menggunakan model pembelajaran type Problem Based Learning menunjukkan hasil yang memuaskan. Dari uraian pada bab sebelumnya, dapat diambil simpulan
sebagai berikut:
1.
Model pembelajaran type Problem Based Learning dapat meningkatan hasil belajar pesertsa
didik pada materi Konsep Sistem Operasi
di kelas X TI B SMK Negeri 2 Bogor dengan menggunakan model pembelajaran
type Problem Based Learning;
2.
Penggunaan model pembelajaran type Problem Based Learning dalam pembelajaran membuat peserta didik tidak bosan dan jenuh sebaliknya merasa senang sehingga
aktivitas belajar mereka meningkat. Hal ini terbukti
pada siklus I ada 55,55% atau 20 peserta didik yang aktif, 22,22% atau 8
peserta didik yang cukup aktif dan 22,22% atau 8
peserta didik yang kurang aktif pada saat pembelajaran. Setelah guru memperbaiki
hasil refleksi pada siklus I maka pada siklus II didapat 77,77% atau 28 peserta didik aktif pada saat pembelajaran dan 22,22% atau 8
peserta tidak yang cukup aktif pada saat pembelajaran serta 0,00% atau tidak ada peserta
didik yang tidak aktif pada saat pembelajaran. Hal tersebut berpengaruh
terhadap hasil belajar yang dicapai peserta didik;
3.
Hasil belajar mata
pelajaran Jaringan Dasar khususnya materi Konsep Sistem Operasi di kelas X TI B di SMK Negeri 2 Bogor sebelum menggunakan
model
pembelajaran type Problem Based Learning
mempunyai nilai rata-rata 70. Pada saat pembelajaran diubah menggunakan model pembelajaran type Problem Based Learning , rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat menjadi 75,56 pada siklus I dan 82,78 pada siklus II.
BIBLIOGRAFI
Arikunto,
Suharsimi dan Suhardjono. 2005. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto,
Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Arikunto,
Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kemmis,
S dan R. McTaggart. 1988. The Action
Research Planner. Victoria: Deakin University.
Suparno,
Paul. 2008. Riset Tindakan untuk
Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.
Trianto.
2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Pada Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.